Selasa, 04 Mei 2010

Dalam sebulan 113 orang terkena HIV AIDS di Sumut

Mengerikan bagi mereka yang merasa ter teror, akan mencekam orang-orang baru dengan HIV AIDS calon-calon anggota ODHA, dengan membunuh harapan masa depannya, bahkan pekerjaan atau kontrak kerja pun bisa melayang, gara-gara ini. Teror ini bisa menyasar kesiapa pun, tidak peduli yang berperilaku baik-baik ataupun yang menyimpang. Siapa yang meniupkan? Anda, siapapun ini, si peniup terompet teror, sampai hatikah dengan kekuasaan yang anda punya, kekuasaan di bidang kesehatan, men black campaign kan saudara-saudara kita setanah air, itu sama dengan pembunuhan pak, menjadikan mereka untuk cepat mati. Maaf pak, anda sungguh kejam. Apa tidak ada dalam bahasa kesehatan yang manusiawi, berikan mereka solusi untuk hidup. Dengan mengatakan kalau memang benar HIV AIDS itu ada, ada obat nya untuk menyembuhkan. Anda percaya sama Tuhan kan? Tuhan memberikan kita semua kenikmatan, sakit itu nikmat untuk manusia kembali mengingat Tuhannya. Dan Tuhan pun pasti akan memberikan obatnya. Maaf-maaf, sekedar catatan kami disini, semoga berkenan. Salam dari Coconut Center Indonesia

09:24 | Thursday, 22 April 2010

MEDAN- Penderita HIV/AIDS terus meningkat tajam. Dalam waktu satu bulan 113 penderita HIV/AIDS baru melakukan cek di pelayanan voluntary counseling and testing (VCT) di beberapa daerah di Sumut. Gawat!

Project Officer Global Fund-AIDS Sumatera Utara, Andi Ilham Lubis mengatakan, data tersebut diketahui dari penambahan pelayanan VCT di beberapa daerah. Hingga bulan Maret terdapat 18 tempat pelayanan VCT baru, dimana sebelumnya hanya memiliki 11 tempat layanan yang berada di Medan dan Deli Serdang.

“Semakin bertambahnya tempat pelayanan VCT yang baru maka akan semakin bertambah juga temuan kasus HIV/AIDS yang baru. Sehingga diharapkan ke depannya pemerintah lebih peduli untuk ikut bersama membuka pelayanan-pelayanan yang baru di setiap daerah. Mengingat tujuan utama adalah menemukan kasus agar bisa merubah prilaku penderita untuk tidak menularkan virusnya terhadap orang lain,” imbuhnya.
Andi menjelaskan, dari bulan Januari hingga Februari terdapat 2.893 orang yang masih melakukan perawatan HIV/AIDS di Sumut, di antaranya adalah 2.192 pria dewasa, 595 wanita dewasa dan 52 orang anak-anak. Namun bulan Februari hingga Maret ditemukan kasus baru sebesar 113 orang yang menderita HIV atau mencapai total keseluruhan 2.970 orang.

“Dari jumlah tersebut 2.275 diantaranya adalah laki-laki dan 643 wanita, sedangkan 52 anak-anak yang berumur di bawah usia 14 tahun,” ujarnya

Dia juga mengatakan dari jumlah komulatif tersebut yang menggunakan ARV (obat untuk penderita AIDS) hanya 534 penderita dari jumlah tersebut 350 orang yang menggunakan ARV diantaranya telah meninggal dunia.

Data yang diterima dari beberapa tempat layanan VCT yang baru seperti Tebing Tinggi telah ditemukan 5 kasus penderita positiv HIV/AIDS, 5 kasus di Sergai dan 8 kasus di Binjai. “Penambahan beberapa tempat layanan VCT menjadi faktor meningkatnya jumlah kasus baru penderita HIV hingga 113 orang. Tentunya jika tempat pelayanan merata di setiap daerah maka semakin besar peluang untuk menemukan kasus baru penderita HIV. Selama ini kita perkirakan dari beberapa tempat layanan VCT sebelumnya, peningkatan kasus per bulan bisa mencapai 50 -100 penderita per bulannya, namun karena tempat pelayanan semakin bertambah maka perkiraan akan juga mengalami peningkatan,” ungkapnya.

Menurutnya, wanita yang mengidap HIV/AIDS dikarenakan bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK). Berdasarkan hasil survei WHO, Sumut menempati peringkat kedua se-Indonesia terbesar soal risiko penularan jarum suntik dengan persentase 55,6 persen. Pertama ditempati Surabaya 56 persen, urutan ketiga Jakarta 55,2 persen dan keempat bandung 42,8 persen.

Konselor Klinik VCT RSPM Pirngadi Medan, Indah Spi MPi mengatakan, tingginya jumlah penemuan terhadap pasien positif HIV/AIDS pada tahun ini sangat mengkhawatirkan. Setidaknya dengan jumlah yang tinggi itu, pemerintah dan masyarakat seharusnya lebih tanggap dalam menyikapi permasalahan tersebut.

Mengingat jumlah tersebut bisa lebih banyak lagi karena masih banyak orang yang enggan untuk memeriksakan dirinya ke klinik dengan alasan malu dan takut. Untuk itu, kata Indah, perlu adanya imbauan kepada orang yang berisiko tinggi, seperti pekerja seks, pelanggan sels, pemakai narkoba jenis suntik dan penerima transfusi darah, agar mau kiranya memeriksakan dirinya ke klinik VCT terdekat. “Jika hal tersebut bisa diterapkan setidaknya penyakit akan lebih cepat diketahui dan bisa dilakukan pencegahan seperti penularan,” katanya (mag-21/andi/*)


Baca juga HIV AIDS berpeluang untuk sembuh total

Tidak ada komentar: